Titik Titik Titik
Faliq Ayken
Terperosok lagi. Aaah...
Apakah ini pertanda aku titik titik titik?
Aku ingin teriak tapi leherku tercekik
Mataku pun tak berkedip
Sosok menyolok montok
Menyudutkan gerak pikiran
Anggun manis seksi
Menyulitkan berbasa-basi
Hahaha. Aku sedang terpelanting
Pada tubuh yang buatku sinting
Aduuuh. Gedubrak. Hahaha...
Aku ingin titik titik titik kamu!
AKU INGIN TITIK TITIK TITIK KAMU!
Aaah, belum sempat kukatakan
Dia hilang menanggalkan lambayan
Pergi dengan tatapan penasaran
Kamu itu pembunuh akalku
Titik
Ciputat,
Jumat, 14 Agustus 2009
3 komentar:
Tulisan ini saya tulis dengan menggunakan pulpen dan kertas di bangku doraemon student center UIN Syarif Hidayatullah, pada hari Jumat, 14 Agustus 2009, pukul 17.00 - Malamnya, saya langsung posting di 'notes' facebook. Di puisi ini, banyak yang memberikan komentar. Siapa saja? Yuk kita baca!
- Iwan Buana: ck...ck...ck...
- Faliq Ayken: ehmmm...
- Wisnu Sumarwan: :) Lain...
- Faliq Ayken: Apaan tuh? Hehe.
- Iwan Buana: Jangan beli buku dari melihat gambar sampulnya! (maaf, ngajarin bebek berenang!)
- Faliq Ayken: Cak Iwan, emang Aug harus banyak belajar dari Cak Iwan. Hehehe.
- Wisnu Sumarwan: Lain aja. :)
- Faliq Ayken: Wisnu, lain ama dunia lu maksudnya. Hahaha.
- Wisnu Sumarwan: Hehehehe. :)
- Faliq Ayken: Wisnu, ketawa menandakan iya. Hahaha. Peace bro. :P
- Risthy Aprilian: Jangan dulu menorehkan titik titik titik, sebelum ada koma yang membuat titik itu menjadi lebih berarti sebagai penutup kalimatnya. Karena kita tak pernah tau, banyak tanda seru, tanda tanya, tanda kutip, dan tanda-tanda lainnya yang terkadang membuat kita bimbang. Apakah titik itu akan benar-benar menjadi titik terakhir dalam sebuah cerita? :)
- Faliq Ayken: Harpa, tanda-tanda itu hanya sebuah simbol pengalaman seseorang. Tergantung mana yang akan kita pakai. Catatan di atas hanya serpihan kegelisahan pengalaman diri yang berada dalam aku. Hehehe. Terima kasih sudah mau komen. Sukses selalu.
- Zulfa Ulfa: Keren, titik.
- Faliq Ayken: Zulfa, maksudnya? Hahaha.
- Abieb Bani Satra: Aku ingin koma, TITIK. Semoga berlanjut.
- Faliq Ayken: Abieb, titik titik itu belum mapan. Hehe.
- Iwan Buana: secara teknis ada beberapa inkonsistensi, seperti pada "aku ingin titik titik KAMU ..... DIA hilang meninggalkan dalam lambayan". Kata pengganti orang kedua dan ketiga menjadi mengaburkan tujuan penulisan. Inkonsistensi penggunaan kata biasanya digunakan dalam tujuan untuk menohok rasa, logika, dan estetika. Mendaki samudera bunyi, contoh kagak pentingnya....! Maju terus..... demi "Masa depan dan latar belakang yang jelas" itu!
- Faliq Ayken: Cak Iwan, ini dia yang aku mau. Hehehe. Aku hanya membahasakan pengalaman diri dalam sebuah teks tertulis. Teknik penulisan memang layak untuk dikaji secara sungguh-sungguh. Terima kasih cak masukannya. Aku tidak akan berhenti menulis sampai aku mati. Keadaan berawal dari ketiadaan. I love you, Cak. Hehehe. Loh kok!
- Zulfa Ulfa: waduh berat nih. Nggak ngarti. Tapi keren. Titik. Hehehe.
- Faliq Ayken: Zulfa, emang berapa kilo beratnya? makanya fitness dong biar kuat. Hahaha.
- Vazal Van Tacet: Hmmm... Titik titik titik. Mungkin waktu itu dalam waktu sesaat tidak berpikir namun hati yang bermain. Gitu ya? Atau mungkin yang lain? Hehehe. Ada saat di mana otak tak berjalan.
- Faliq Ayken: Tacet, mungkin lebih tepatnya kagum yang prosentasenya melebihi 65% hampir mencapai titik titik itu. Hahaha. Akalku sudah terbunuh olehnya.
- Iwan Buana: "Aku berteduh di titik airmatanya yang membarakan cinta..."
- Faliq Ayken: Cak Iwan, ehm.. ehm.. jadi klepek-klepek Cak. "Aku ingin berselip riang di antara titik keindahannya".
...LANJUTAN KOMENTAR DI ATAS.
- Iwan Buana: Inkonsistensi logika: air><membara. Itu poinnya. Terus...
- Faliq Ayken: Cak Iwan, kalau hanya untuk metafora, it's ok Cak. Membahasakan apa yang ada dalam hati. Hehehe. Semoga aku salah. :P
- Marwah Amri: Oh my God. I don't know what does this mean. Anyway, gw acungkan jempol buat otak kanan lo. Karya lo keren-keren. Puisi lo yang diiringin sama kak Tacet dan kak Harnas waktu di depan bilik juga bagus. Calon seniman sejati nih, hahaha. Walau gw ga ngerti tapi gw yakin ada makna tersendiri menurut lo. Sedangkan pengertian orang berbeda dengan lo! Sukses ya buat karya-karyanya. Jangan mati!
- Faliq Ayken: Ginta, gue masih harus banyak belajar. Semoga lu juga.
- Iwan Buana: Kekuatan puisi ada pada kejujuran dan pilihan kata. Kejujuranmu sangat terjaga. Kejujuran ini layak mendapat pilihan kata yang pejal dan sarat makna, pun dikemas dalam gaya bahasa yang sangat terasa keasliannya. Sebagai alternatif dari semangat berkarya instan dan (khawatir kehilangan) momentum, buat dalam tujuan pembaca: dia (sang penyebab titik titik) dan dia (yang kau ingin mereka ini tahu bahwa kau sedang titik titik karena titik titik).
- Faliq Ayken: Cak Iwan, itu yang sedang aku pelajari Cak. Tulisan seperti ini membuat ide-ideku semakin mengalir. Thank you so much.
- Iwan Buana: All, terima kasih untuk semua pelajaran dan keikhlasan memberi pelajaran kepada saya.
- Siti Atikah: ketipu gw! ternyata si titik titik punya banyak persepsi. Bahasa anak Ushuluddin emang ribet ya?
- Amel (dugaanku, Amel itu Danny Tirtana): Menurut saya, ada sebuah keindahan yang pudar oleh kata-kata yang dimaksudkan untuk menjaga momentum itu. Gaya bahasanya menunjukkan spontanitas-sporadis di antara banyak pilihan kata-kata yang satir. Para puitis akan selalu satir dalam momen apapun. Saya justru khawatir, puisi ini sebenarnya tidak dibuat di TKP. Sehingga lepaslah semua kejujuran yang diinginkan.
- Faliq Ayken: Amel/Danny Tirtana, aku senang melihat kau gelisah menafsirkan tulisanku. Kau tak usah khawatir, karena ini adalah suara kejujuran.
- Ihsana 'Ichang' Romadlon: Lalu tak ada yang bisa kuucap selain titik titik. Hahaha. Kejar terus ampe mampus.
- Faliq Ayken: Ichang, hahaha.
...LANJUTAN KOMENTAR DI ATAS.
- Iwan Buana: Ada ragam tipikal penyair, ada yang kuat dalam spontanitasnya, ada juga yang beringat dengan perenungannya. Semuanya membutuhkan kepiawaian yang teruji dalam latihan-latihan. Bila dalam spontanitasnya dapat menyampaikan ungkapan perasaan dalam pilihan kata yang menggedor ujung sukma kita, membetot seluruh perhatian kita, tentulah itu pencapaian istimewa. Kepiawaian seperti inilah yang membuat kita kagum pada Mario Teguh, Anand Khrisna, Quraish Shihab, Aa' Gym, Soekarno, dsb. Mereka ungkapkan pandangan mereka dalam pilihan kata yang membuat kita mendapat makna dan bertambah kaya.
- Faliq Ayken: Cak Iwan, aku hanya ingin latihan latihan latihan.
- Efri Aditia: Metal kalee puisi kau, Liq. Hehehe. (walau gw harus bilang puisi kadang gak berurusan dengan kemetalan) :P
*Thanks ulasan dari Cak Iwan, jadi ikut-ikutan belajar...
- Faliq Ayken: Efri, Metal (Mello total), hahaha. Aku banyak belajar dari beliau (Cak Iwan) bro.
- Wisnu Sumarwan: Felix, gimana mungkin keadaan muncul dari ketiadaan? Gue lebih percaya Ada terjadi karena Ada sebelumnya.
- Faliq Ayken: Wisnu, read "Being and Nothingness" Jean Paul Sartre.
- Risthy Aprilian: Sukses juga buat kak Aug :D - ditunggu karya-karya selanjutnya yah!
- Faliq Ayken: Harpa, aamiin. Doain aja ndo..
- Mohalli Ahmad: Kamu gila lix, membiarkan putihmu ternoda oleh titik. Noda itu kau anggap anugrah karena harapan yang terlampau membuncah. Padahal, kau tak pernah sanggup menanggung segala sesuatunya. Aku juga pernah merasakan kegilaanmu. Hehehe.
- Faliq Ayken: Mohalli, tafsiran kau unik dan benar-benar membuncah. Hahaha. Apa benar kau pernah merasakan titik titik itu?
- Iman Fauzan: Puisi atau curhatan ya? Hahahay..
- Faliq Ayken: Mas Iboy, kelihatannya? Hehehe.
- Hendra Kurniadi: Menggapai sesuatu tidak mudah. Jangan menyembunyikan perasaan, karena ketika perasaan itu tidak sampai, ya gitu deh. Jadi STRES. Hehehehe.
- Faliq Ayken: Hendra, kenapa lu ndra?
- Andini: Bang Felix pinter ya..
- Faliq Ayken: Andini, sama sekali tidak.
Posting Komentar