19/05/14

Angin Kecil

Faliq Ayken


Di balik nafasmu,
kudengar suara tersengal-sengal
Angin mulutku masuk ke mulutmu,
nafas kita bersatu, disatukan air liur kehidupan

Matamu terbuka,
Pelan-pelan kaulihat bibirmu di bibirku
Tarikan nafas kita tak beraturan
kadang pendek, kadang panjang

Tiba-tiba matamu mataku tertutup
tak lihat apapun, kecuali merasakan
angin-angin kecil yang keluar
dari pernafasan kita

Dada berdegup kencang,
mulut berteriak panjang


Pondok Petir,
Sabtu, 3 Mei 2014

02/05/14

Three Windows

Faliq Ayken


The quiet of time, I opened the bedroom slowly
There's the voices inside sound wispering
I took the body and entered my curiosity
My eyes stopped at the three windows

The first window opened, go inside
Large room full of great signs
Being room: physics metaphysics

The second window opened slowly
I saw it with the sight of questions
The room is so spacious, many pitfalls
As a tool of thought, I prepared so as not absurdities
Knowledge room: empirical rational

The third window opened with the values
The place to learn how to behave
The place to learn how to socialize
Borders of all existing knowledge
Values room: ethic aesthetic

I closed the bedroom door quietly
I settled it in, with the three windows


Ciputat, April 3, 2014

29/04/14

Merapal Kamu

Faliq Ayken


Kamu adalah rapalan doa
tak pernah lupa kuucap
setiap saat

Langit senja
tak mampu kilaukan cahaya
Rintik hujan menutup sinar
yang akan ia berikan kepadamu
: perempuan penuh cinta

Rintik turun dalam hitungan detik,
di sanalah jantung rinduku berbisik

Sebelum pergi,
aku hanya ingin mencium keningmu
satu kali. Agar jejakku abadi
di dalam ingatanmu

Sesaat saja kuberpikir untuk meninggalkanmu,
kekasih, alam semesta dan seisinya
membenciku tak terkira

Ialah aku: seorang petani yang siap menjaga
ladang hatimu dari hama cinta
yang menghancurkan keindahannya


Pondok Petir,
Minggu, 27 April 2014

21/04/14

Seorang Lelaki Penuh Ambisi

Faliq Ayken


Seorang lelaki penuh ambisi
Meninggalkan kampung halaman
Hijrah ke kampung orang, kampung ulama
Mengambil ilmu sebanyak mungkin darinya

Seorang lelaki penuh ambisi
Setiap hari berkutat dengan kata-kata
Mengejar waktu agar tak tertinggal
Kala tertinggal, ia akan ditanggalkan
Meninggal dalam kesendirian

Seorang lelaki penuh ambisi
Setiap malam datang menemui Kekasihnya
Dalam ruang penuh cahaya, ia menyendiri di pojok jendela
Mulutnya komat-kamit mengantarkan mantra tolak bala

Seorang lelaki penuh ambisi
Mulutnya masih komat-kamit
Kali ini bukan untuk tolak bala,
tapi untuk setoran nazam-nazam alfiya

Seorang lelaki penuh ambisi
Pulang kampung setelah sekian tahun
Memboyong ilmu-ilmu yang didapat dari kampung orang
Menaruhnya di kamar tidur, rak buku, dan meja makan

Seorang lelaki penuh ambisi
Mengabdikan dirinya untuk masyarakat kampung halamannya
Dalam hatinya berucap, "Aku bisa melawan siapa pun demi kemajuan
masyarakat kita. Aku lama tinggal di pesantren. Ilmuku lebih dalam."

Seorang lelaki penuh ambisi
Bingung dan ketakutan, ia tak punya ladang untuk menanam
Akhirnya, ia menanam pohon-pohon di ladang orang,
tanpa permisi ia terus mencuri solusi

"Tenang saja, aku punya banyak dalil-dalil."


Pondok Petir,
Minggu, 20 April 2014

Huruf Liar -Blog Puisi Faliq Ayken by Ourblogtemplates.com 2014